Rabu, 29 April 2009

Eksploitasi Keamanan


Anatomi Suatu Serangan Hacking
1. Footprinting. Mencari rincian informasi terhadap sistem-sistem untuk dijadikan sasaran, mencakup pencarian informasi dengan search engine, whois, dan DNS zone transfer.
2. Scanning. Terhadap sasaran tertentu dicari pintu masuk yang paling mungkin. Digunakan ping sweep dan port scan.
3. Enumeration. Telaah intensif terhadap sasaran, yang mencari user account absah, network resource and share, dan aplikasi untuk mendapatkan mana yang proteksinya lemah.
4. Gaining Access. Mendapatkan data lebih banyak lagi untuk mulai mencoba mengakses sasaran. Meliputi mengintip dan merampas password, menebak password, serta melakukan buffer overflow.
5. Escalating Privilege. Bila baru mendapatkan user password di tahap sebelumnya, di tahap ini diusahakan mendapat privilese admin jaringan dengan password cracking atau exploit sejenis getadmin, sechole, atau lc_messages.
6. Pilfering. Proses pengumpulan informasi dimulai lagi untuk mengidentifikasi mekanisme untuk mendapatkan akses ke trusted system. Mencakup evaluasi trust dan pencarian cleartext password di registry, config file, dan user data.
7. Covering Tracks. Begitu kontrol penuh terhadap sistem diperoleh, maka menutup jejak menjadi prioritas.Meliputi membersihkan network log dan penggunaan hide tool seperti macam-macam rootkit dan file streaming.
8. Creating Backdoors. Pintu belakang diciptakan pada berbagai bagian dari sistem untuk memudahkan masuk kembali ke sistem ini dengan cara membentuk user account palsu, menjadwalkan batch job, mengubah startup file, menanamkan servis pengendali jarak jauh serta monitoring tool, dan menggantikan aplikasi dengan trojan.
9. Denial of Service. Bila semua usaha di atas gagal, penyerang dapat melumpuhkan sasaran sebagai usaha terakhir. Meliputi SYN flood, teknik-teknik ICMP, Supernuke, land/latierra, teardrop, bonk, newtear, trincoo, smurf, dan lain-lain.

Pada tahap 1 (footprinting), hacker baru mencari-cari sistem mana yang dapat disusupi. Footprinting merupakan kegiatan pencarian data berupa:
• Menentukan ruang lingkup (scope) aktivitas atau serangan
• Network enumeration
• Interogasi DNS
• Mengintai jaringan
Semua kegiatan ini dapat dilakukan dengan tools dan informasi yang tersedia bebas di Internet. Kegiatan footprinting ini diibaratkan mencari informasi yang tersedia umum melalui buku telepon. Tools yang tersedia untuk ini di antaranya
• Teleport Pro: Dalam menentukan ruang lingkup, hacker dapat men-download keseluruhan situs-situs web yang potensial dijadikan sasaran untuk dipelajari alamat, nomor telepon, contact person, dan lain seagainya.
• Whois for 95/9/NT: Mencari informasi mengenai pendaftaran domain yang digunakan suatu organisasi. Di sini ada bahaya laten pencurian domain (domain hijack).
• NSLookup: Mencari hubungan antara domain name dengan IP address.
• Traceroute 0.2: Memetakan topologi jaringan, baik yang menuju sasaran maupun konfigurasi internet jaringan sasaran.
Tahap 2 atau scanning lebih bersifat aktif terhadap sistem-sistem sasaran. Di sini diibaratkan hacker sudah mulai mengetuk-ngetuk dinding sistem sasaran untuk mencari apakah ada kelemahannya. Kegiatan scanning dengan demikian dari segi jaringan sangat 'berisik' dan mudah dikenali oleh sistem yang dijadikan sasaran, kecuali menggunakan stealth scanning. Scanning tool yang paling legendaris adalah nmap (yang kini sudah tersedia pula untuk Windows 9x/ME maupun DOS), selain SuperScan dan UltraScan yang juga banyak digunakan pada sistem Windows. Untuk melindungi diri anda dari kegiatan scanning adalah memasang firewall seperti misalnya Zone Alarm, atau bila pada keseluruhan network, dengan menggunakan IDS (Intrusion Detection System) seperti misalnya Snort.
Tahap 3 atau enumerasi sudah bersifat sangat intrusif terhadap suatu sistem. Di sini penyusup mencari account name yang absah, password, serta share resources yang ada. Pada tahap ini, khusus untuk sistem-sistem Windows, terdapat port 139 (NetBIOS session service) yang terbuka untuk resource sharing antar-pemakai dalam jaringan. Anda mungkin berpikir bahwa hard disk yang di-share itu hanya dapat dilihat oleh pemakai dalam LAN saja. Kenyataannya tidak demikian. NetBIOS session service dapat dilihat oleh siapa pun yang terhubung ke Internet di seluruh dunia! Tools seperti Legion, SMBScanner , atau SharesFinder membuat akses ke komputer orang menjadi begitu mudah (karena pemiliknya lengah membuka resource share tanpa password).
Tahap 4 atau gaining access adalah mencoba mendapatkan akses ke dalam suatu sistem sebagai user biasa. Ini adalah kelanjutan dari kegiatan enumerasi, sehingga biasanyadi sini penyerang sudah mempunyai paling tidak user account yang absah, dan tinggal mencari passwordnya
saja. Bila resource share-nya diproteksi dengan password, maka password ini dapat saja ditebak (karena banyak yang menggunakan password sederhana dalam melindungi komputernya). Menebaknya dapat secara otomatis melalui dictionary attack (mencobakan kata-kata dari kamus sebagai password) atau brute-force attack (mencobakan kombinasi semua karakter sebagai password). Dari sini penyerang mungkin akan berhasil memperoleh logon
sebagai user yang absah.
Tahap 5 atau Escalating Privilege mengasumsikan bahwa penyerang sudah mendapatkan logon access pada sistem sebagai user biasa. Penyerang kini berusaha naik kelas menjadi admin (pada
sistem Windows) atau menjadi root (pada sistem Unix/Linux). Teknik yang digunakan sudah tidak lagi dictionary attack atau brute-force attack yang memakan waktu itu, melainkan mencuri password file yang tersimpan dalam sistem dan memanfaatkan kelemahan sistem. Pada sistem Windows 9x/ME password disimpan dalam file .PWL sedangkan pada Windows NT/2000 dalam file .SAM. Bahaya pada tahap ini bukan hanya dari penyerang di luar sistem, melainkan lebih besar lagi bahayanya adalah 'orang dalam' yaitu user absah dalam jaringan itu sendiri yang berusaha 'naik kelas' menjadi admin atau root.
Pada tahap 6, 7, dan 8 penyerang sudah berada dan menguasai suatu sistem dan kini berusaha untuk mencari informasi lanjutan (pilfering), menutupi jejak penyusupannya (covering tracks), dan menyiapkan pintu belakang (creating backdoor) agar lain kali dapat dengan mudah masuk lagi ke dalam sistem. Adanya Trojan pada suatu sistem berarti suatu sistem dapat dengan mudah dimasuki penyerang tanpa harus bersusah payah melalui tahapan-tahapan di atas, hanya karena kecerobohan pemakai komputer itu sendiri.
Terakhir, denial of service, bukanlah tahapan terakhir,melainkan kalau penyerang sudah frustrasi tidak dapat masuk ke dalam sistem yang kuat pertahanannya, maka yang dapat dilakukannya adalah melumpuhkan saja sistem itu dengan menyerangnya menggunakan paket-paket data yang bertubi-tubi sampai sistem itu crash. Denial of service attack sangat sulit dicegah, sebab memakan habis bandwidth yang digunakan untuk suatu situs. Pencegahannya harus melibatkan ISP yang bersangkutan. Para script kiddies yang pengetahuan hacking-nya terbatas justru paling gemar melakukan kegiatan yang sudah digolongkan tindakan kriminal di beberapa negara ini.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda